Kalender Hijriah dan Transformasinya Menjadi Penanggalan Jawa

Insannews.co.id – Umat Islam baru saja merayakan tahun baru yaitu 1 Muharram 1441 H, yang mana pada hari itu juga bertepatan dengan perayaan tahun baru bagi kalender Jawa yaitu 1 Suro. Meski kerap disamakan kedua tahun tersebut memiliki sejarahnya masing-masing.

Dilansir dari Okezone.com, Tahun kalender Hijriah berawal dari para Khalifah Umar Bin Khatab dan para sahabat seperti Ali bin Abi Thalib RA, Utsman bin Affan RA, Abdurrahman bin Auf RA, Sa’ad bin Abi Waqqas RA, Zubair bin Awwam RA, dan Thalhan bin Ubaidillah RA, untuk membahas mengenai kalender Islam.

Karena ini pula yang menjadikan kalender Islam dikenal dengan nama kalender hijriah. Penetapan ini terjadi pada tahun 17 hijriah atau 17 tahun setelah hijrahnya Nabi (atau tahun 638 masehi).

Kalender hijriah sendiri memggunakan sistem peredaran bulan atau qomariyah, tidak sama dengan kalender masehi yang menggunakan sistem matahari atau syamsiyah. Begitu juga dengan pergantian harinya, dimana kalender masehi di mulai pukul 12 malam, sementara kalender hijriah berganti hari terhitung saat matahari terbenam.

Penanggalan Jawa

Raja Mataram Sultan Agung merupakan cikal bakal adanya kalender Jawa dimana saat itu sekitar seribu delapan belas tahun setelah kalender hijriyah lahir, tepatnya pada 1035 hijriyah, ia mengadopsi kalender hijriah dan meninggalkan sistem perhitungan kalender Saka yang berasal dari India.

Namun dari sisi penamaan Sultan Agung tetap menggunakan tahun Saka bukan hijriah. Keputusan ini diambil pada tahun 1625 Masehi/1547 Saka. Sistem kalender ini kemudian disebut dengan kalender Jawa atau kalender Sultan Agung.

Cara ini sendiri dilakukan oleh Sultan Agung untuk menyatukan sistem penanggalan masyarakat kejawen saat itu dan santri umat Islam. Dimana masyarakat kejawen menggunakan kalender Saka, sedangkan kaum santri menggunakan kalender Hijriah.

Adapun secara perhitungan kalender hijriah sama dengan Jawa kendati begitu tidak melihat hilal meski tahunnya sendiri memakai tahun Saka. Walaupun tahun Sakanya sama tetap saja awal tahun berbeda dengan kalender Saka yang masih dipake umat Hindu. Karena tahun baru Saka setelah nyepi, sementara tahun baru Jawa bersamaan dengan tahun baru Islam.

Atas dasar itu pula kenamaan pada hari Jawa juga mengikuti nama bilangan Islam seperti Ahad (ngahad), Itsnayn (senen), Tsalaatsa’ (seloso), Arbaa-a (rebo), Khamsah (kemis), Jumu’ah (jemuah), Sabt (setu). Hanya saja sebutan Ahad berubah saat penjajah Portugis masuk Nusantara, lalu mengganti nama ahad menjadi domingo (hari mereka beribadah pada Tuhan). Nama itu perlahan ucapannya berubah menjadi Minggu.(***)