Penjelasan SDABK Terkait Kekeringan Sawah di Pinrang

Insnanews.id Pinrang – Kekeringan yang melanda sekitar 200 hektare area persawahan di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel), telah berdampak fatal pada tanaman padi. Petani di daerah ini, yang dipimpin oleh Abdul Rasyid, telah mengemukakan kekhawatiran atas situasi ini pada Sabtu (12/8/2023).

Menurut Abdul Rasyid, kondisi kekeringan tersebut telah menyebabkan kerugian yang signifikan bagi para petani. Mereka sangat mengandalkan hasil pertanian untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. “Sudah tabur benih dan tanam langsung sudah ada satu mingguan usianya. Banyak yang sudah mati padinya apalagi dampak El Nino ini,” ungkapnya.

Area pertanian yang terkena dampak juga sebelumnya merupakan tambak udang yang telah dialihfungsikan menjadi lahan pertanian di Kelurahan Langnga, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang. Namun, saluran irigasi belum terhubung dengan daerah ini.

“Saat ini, saluran irigasi belum tersedia. Kami sebagai petani hanya mengandalkan air hujan dan air sungai, meskipun metode tersebut masih belum memadai,” jelas Abdul Rasyid.

Dalam menghadapi situasi ini, petani telah meminta pemerintah untuk memberikan bantuan berupa peningkatan jumlah alat pompa air. Dengan begitu, pasokan air ke lahan pertanian bisa lebih terjamin. Meskipun telah ada bantuan pompa pada tahun 2021, tetapi alat tersebut tidak cukup untuk mengairi lebih dari 200 hektare lahan pertanian. Oleh karena itu, petani berharap ada tambahan pompa air.

Abdul Rasyid juga berpendapat bahwa solusi jangka panjang yang lebih efektif adalah dengan membangun embung penampungan air. Embung ini akan membantu menjaga pasokan air yang dapat digunakan selama musim kekeringan. “Kita juga harap bisa ada embung. Jadi ada pintu di ujung sungai sebagai penampungan air untuk kemudian dipompa naik ke sawah,” jelasnya.

Sementara itu Dinas SDABK Melalui, Kabid Irigasi Pedesaan Dinas SDABK Kabupaten Pinrang, Husni Nakka, berpendapat bahwa pembangunan embung mungkin tidak cocok untuk wilayah tersebut. Menurutnya, embung lebih cocok dibangun di daerah hulu yang berfungsi sebagai resapan air. Mengenai hal ini, dia mendorong warga untuk menyampaikan keluhan langsung ke Dinas SDABK, agar solusi yang tepat dapat ditemukan.

Husni Nakka mengungkapkan, “Belum ada penyampaian ke kami, itu yang kami tunggu secara resmi. Supaya kami mengerti bagaimana kondisi dan seperti apa tindakan yang bisa kami lakukan.”

Dalam kondisi saat ini, tantangan kekeringan yang melanda Kabupaten Pinrang memerlukan kerja sama antara pemerintah dan petani untuk menemukan solusi yang sesuai demi melindungi sektor pertanian yang penting bagi daerah tersebut(*/)