Asrul : Indonesia Tidak Pernah Dijajah 350 Tahun

InsanNews.co.id – Narasi sejarah yang disampaikan dan ditanamkan dalam benak generasi bangsa kita oleh para pendidik kita di sekolah-sekolah tentang sejarah panjang bangsa Indonesia pernah dijajah oleh Belanda lebih dari 350 tahun sangat lah tidak mendidik, tidak sesuai fakta sejarah apakah benar bahwa Indonesia (lebih tepatnya Nusantara) memang benar-benar dijajah sekian lama seperti itu?

Ternyata tidak ada satu catatan sejarah yang menunjukkan Indonesia dijajah lebih dari 350 tahun.

Kehadiran Spanyol untuk pertama kalinya di Nusantara diawali dari kedatangan kapal Victoria tahun 1521 yang secara tidak sengaja tiba di kepulauan Maluku. Ketika berbagai ekspedisi maritim Spanyol dan Portugis berjaya di berbagai segenap Nusantara ntara tahun 1595-1597 Belanda turut meluncurkan armada lautnya.

Jan Huygen van Linchosten, seorang Belanda yang pernah bekerja untuk pelaut-pelaut Portogis di tahun 1595 menerbitkan buku berjudul “Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien. Pedoman Perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis.”

Meski pelayaran kapal dagang pertama milik Belanda “Compagnie van Verre” dibawah komanda Cornelis de Houtman dan Gerrit van Beuningen di tahun 1596 mengalami kegagalan mendarat di Maluku, tapi keberhasilan salah satu armada Jacob van Neck dan Wybrand van Warjick pada tahun 1598 mengalami keberhasilan Belanda mencapai pulau rempah-rempah di Maluku.

Dalam upaya memperebutkan dominasi perdagangan, persaingan yang terjadi diantara negara-negara Eropa, seperti Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis dan juga Belanda yang kerap menimbulkan perang terbuka, maka pada Maret 1602 dalam perundingan antara De Staten General (Dewan Perwakilan) para saudagar dari Provinsi Holland dan Zeeland disepakati pembentukan VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) atau Persatuan Persekutuan Dagang Hindia Timur.”

Baca Juga : https://www.insannews.co.id/news/memotong-mata-rantai-narkoba-adalah-kesejahteraan-bagi-masyarakat-kabupaten-pinrang

Semula organisasi tersebut hanya dimaksudkan sebagai suatu persekutuan dagang yang kemudian beralih fungsi VOC juga mendapatkan hak atas nama Pemerintah Belanda -yang waktu itu masih berbentuk Republik- untuk membuat perjanjian kenegaraan dan menyatakan perang terhadap negara lain. Wewenang semacam ini dengan sendirinya menjadikan suatu perkumpulan dagang VOC dapat bertindak layaknya sebuah negara.

Bersamaan dengan surutnya kekuatan Portugis, abad ke-16 dan 17 menjadi era pertarungan hegemoni antara Belanda dan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Dalam perseteruan ini, perlawanan bangsa Indonesia ternyata sangat alot.

Menurut Ricklef, akibat dari berbagai perlawanan yang gigih, negara kolonial Nedehrland Indie yang berwilayah dari Sabang sampai Merauke baru bisa tercapai pada tahun 1910, yaitu ketika Belanda memberlakukan Hukum Kekawulaan Belanda (Wet op het Nederlandsch Onderdaanschap).

Tahun 1800, Belanda habya dapat berkuasa di Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah dan Jawa Timur, Ujung Pandang serta Ambon. Seluruh Jawa baru bisa ditaklukkan Belanda pada tahun 1830, yaitu setelah pada akhir perang Diponegoro.

Bahkan dalam peperangan itu, Belanda harus mengerahkan kekuatan serdadu tidak kurang dari 23.000 personil; suata hal yang belum pernah terjadi ketika itu dimana wilayah yang tidak terlalu luas seperti Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur harus dijaga oleh pasukan sebanyak itu.

Pada akhirnya, kekalahan perang Diponegoro menyebabkan Belanda pun harus menanggung kerugian korban dan materi yang tidak sedikit. Belanda tidak sanggup menutup biaya perang 20 juta Gulden yang kemudian memaksa para petani Jawa dipaksa bekerja selama 200 hari tanpa diupah.

Jika demikian faktanya, Belanda baru mampu menguasai dan menjajah wilayah Jawa saja pada tahun 1830-an, artinya jika Indonesia berhasil memproklamirkan kemerdekaannya pada tahun 1945, maka penjajah kolonial hanya berlangsung sekitar 115 tahun saja.

Jika diasumsikan 350 tahun, sejak awal kedatangan Portugis, Spanyol, hingga Belanda, maka kita telah keliru memahami sejarah besar bangsa ini. Sesungguhnya kita adalah bangsa yang besar dan kuat. Kita dijajah bukan karena kita bangsa lemah, tapi ketika ada penguasa yang berkhianat yang menjual kedaulatan bangsanya pada negara lain.(SK)

Penulis : Asrul