PEMUDA PINRANG BERPANTUN

PEMUDA PINRANG BERPANTUN

Aku menyaksikan jeritan rakyat
Di djalan jalan dan tempat tempat kumuh Masyarakat tertawa seakan malu-malu
Tersipu karna harapanya kini tak lagi cerah Harapanya kini berganti dengan khayalan

Ku saksikan Wajah mereka bersemburat kuning pucat sedikit kemerahan
Berharap lebih baik dri kemaren2.
Ku dengar burung masih berkicau di pagi hari Apakah ini pertanda bahwa harapan itu masih ada

Selalu kobarkan semangatmu,  Kepalkan tanganmu sebagai bukti perjuangan dan perlawananmu,karna Aku  tau semangatmu bagaikan gelombang samudra,jangan Bungkam  amarahmu, teriakkan semangat api juangmu.

Ku tatap Bendera merah putih
Dalam hati k menjerit
Bahwa Dalam kibarmu tersimpan sejarah
Dalam ikatanmu terselip cerita
Dalam lipat jahitanmu adalah saksi bisu

Andai benang kainmu bisa bicara
Saksi bisu sandiwara penuh intrik
Dari manusia-manusia munafik
Hanya ingin dianggap terbaik

Pasti akan kau teriakkan makian’Bajingan.
Mungkin kata itu lebih bijak
Sedikit lebih bermartabat
Daripada cacian ‘anjing’,bangsat.

Jangan hentikan orasimu kawan, teriaki  mereka selalu Kutuk perilaku busuk mereka.
Karna  dengan sadar sesadar sadarnya
Mereka Melihat penderitaan rakyaT tapI seakan2 urat malu mereka Sudah PutuS

Banyak hak rakyat yang telah d rampas
Amanah mereka telah  disalahgunakan
Apakah kita hanya diam dan berpangku Tangan
Hanya mampu beroterika tanpa ada Substansi yang jelas.

Tidakkah mereka tahu dan malu
Jika Melihat rakyatx hari ini
bersusah payah dari pagi hingga mlam Hanya
Mencari sesuap Nasi untuk anak keluarganya.

Sementra Para perampok hanya keasyikan menikmati kopix d pagi Dan malam hari bersama antek2X.
Ingin skli rasax k tunjuki mereka kawan
Diantara para bajingan itu yang kerjax hanya bermain akrobat

Aku jijik melihat mereka, aku lebih bangga Melihat para pengamen dan anak2 jalanan ketimbang  para Gerombolan pejabat Yang kerjax hany melacuR.

Harusnya mereka malu !
Malu akan ulahnya
Malu dengan semua tingkahnya
Malu pada segala polahnya
Karena Kau juga Pasti saksikan semua itu.

Bendera kusam yang lagi  berkibar malu-malu Di depan kantor kantor
Yang dalam ikatannya terselip cerita
Ratusan,Bahkan ribuAn rakyat
Dari rasa bangganya Melihat kibarmu .

Tapi sayang terasa perih hunjam Di  dada
Menembus ulu hati
Melihat Mereka tercabik2 krna hak mereka telah d rampas.
D manakah engkau akan mengadu kawan.

Mereka tlh lupa akan bau terasi
Tertutup asap polusi
Sudah tak ingat rasa cuka Atau mgkin
Karna Sudah  terbius nikmat narkotika
Meski ikatan masih erat di tiangmu
Namun isak tangis Trus kau Tahan.

Desingan mesin membangunkanku Pagi tadi
Melihat buruh kasar yang lagi bekerJa
Melihat anak jalanan yang tertidur d persimpangan Jlan.
Sungguh sakit Hati ini melihat mereka kawan.

Pantun ini Sengaja Ku tulis Tentang   penguasa gila hormat
Tentang aparat tak tahu adat
Tentang pemimpin mabuk obat
Tentang generasi bergelimang maksiat
Atau tEntang pemerintah yang bermain akrobat.

Tak henti aku berdoa
Tak bosan ku rajut asa
Smoga kau tatap harapan Lebih baik Hari  Esok swdraku.

Kini Bajingan akan tersisihkan satu persatu
Tinggal menunggu waktux saja
Rampoklah’ ambillah semua penjahat. toh Akhirnya engkau tetap binasa juga nantinya..

Bersama Dinginya  angin Malam ini , Ku hisap rokokku Sambil Meresapi tentang  permasalahan Yang ada Di daerahku  yang tiada habisnya Tengadahkan kepala merenungkanya

Penulis: Asrul